Trenggalek, Channel7.com
Pertanian komoditas bawang merah ternyata bisa menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Hal itu diungkapkan oleh salah satu petani bawang merah Kabupaten Trenggalek Ari Guntur Prihantono S.TP yang mengaku lega meraih keuntungan yang cukup lumayan dari hasil panen bawang merah di ladang miliknya.
“Benih bawang merah yang saya tanam dua bulan yang lalu, hari ini bisa saya panen,” ungkap Ari disela-sela memanen hasil bawang merah diladang miliknya desa Ngetal Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek, Kamis (8/4).
Benih bawang merah yang ia tanam di lahan seluas 380 meter tersebut seluruhnya sejumlah 50 kilogram. Benih bawang merah itu, ia dapat dari Kabupaten Nganjuk, dengan harga perkilonya mencapai 25 ribu rupiah.
“Benih yang saya dapatkan itu benih yang berkualitas. Karena kalau kita menggunakan benih yang tidak berkualitas maka akan mempengaruhi hasil produksi,” kata Ari jebolan Fakultas Pertanian UNEJ Jember.
Karena di Kabupaten Trenggalek tidak ada petani yang menjual benih berkualitas dan bersetifikat. Sehingga ia memilih untuk mencari benih bawang merah dari Kabupaten Nganjuk.
Modal awal yang harus Ari keluarkan untuk menanam benih di lahan miliknya tersebut seluruhnya 5 juta rupiah. Saat ini hasil panen yang ia dapatkan total mencapai 750 kilo.
“Jadi jika harga perkilo 25 ribu kemudian dikalikan hasil panen 750, berarti bila dirupiahkan menjadi 18 juta. Nah dari modal awal 5 juta, dua bulan kemudian saya dapat keuntungan 13 juta lebih,” ungkapnya dengan sumringah.
Kemudian ia menjelaskan bahwa harga perkilo 25 ribu tersebut adalah harga bawang merah dari petani. Sementara harga dipasaran bisa berbeda, seperti saat ini kurang lebih 30 hingga 35 ribu rupiah perkilo.
Sementara itu, menurut Ir. Agung Sudjatmiko sebagai pemerhati dunia pertanian di Kabupaten Trenggalek memberikan sarannya, hendaknya petani bawang merah Trenggalek bisa menyediakan benih sendiri daripada harus membeli dari luar kabupaten.
“Saya melihat petani bawang merah Trenggalek ini jika ingin mendapatkan benih, mereka harus mencari dari kabupaten lain. Mestinya itu tidak perlu terjadi jika petani bawang merah di Trenggalek berani menjadi penyedia benih bawang merah,” sarannya.
Lanjut Agung, petani bawang merah tidak dapat disamakan dengan petani padi atau sejenisnya. Karena mereka yang bergerak di dunia komoditas bawang merah ini adalah orang-orang pilihan yang berani melakukan terobosan dan spekulasi.
Dengan semakin banyaknya warga Trenggalek yang saat ini beralih menjadi petani bawang merah, hal itu menunjukkan adanya keberanian dan patut didorong oleh Pemerintah.
“Pemerintah dalam hal ini tidak boleh diam, mereka harus segera turun dan melakukan bimbingan pada petani bawang merah,” pintanya.
Berdasarkan data yang Agung peroleh dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, ia menyebutkan bahwa luas lahan tanaman bawang merah di Kabupaten Trenggalek seluruhnya 24 hektar.
Sementara untuk hasil produksi bawang merah hingga bulan Februari 2021 keseluruhan mencapai 147 ton. Kemudian untuk luas satu hektar tanaman bawang merah bisa menghasilkan kurang lebih 7,7 ton.
“Ini kan potensi yang harus kita kembangkan. Saya justru berharap generasi milenial saat ini untuk bisa menjadi petani bawang merah di wilayahnya sendiri,” tutupnya. (Fab)