Trenggalek, Kanaltujuh.com –
Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM) Trenggalek menggelar aksi unjuk rasa terkait kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di depan gedung DPRD Trenggalek, Kamis (8/9/2022).
Dalam orasinya salah satu perwakilan mahasiswa dari GMNI Muhamad Fauzi Sodik menyampaikan bahwa kenaikan BBM saat ini dinilai merupakan keputusan yang tidak tepat. Alasannya karena hanya akan mengorbankan kesejahteraan rakyat khususnya rakyat kecil.
“Ada beberapa alasan yang mendasari penolakan GMNI dan IMM terhadap pemerintah yang menaikan harga BBM bersubsidi,” ujarnya.
Adapun alasan tersebut sambungnya yang pertama Pemerintah Indonesia berdalih bahwa harga BBM Indonesia saat ini merupakan yang termurah di dunia.
“Namun berdasarkan data yang ada harga BBM Indonesia saat ini khususnya jenis pertalite bahkan tak masuk dalam 10 besar,” kata Sodik.
Lebih detail dirinya kemudian menjelaskan bahwa berdasarkan data globalpetrolprices.com per 29 Agustus 2022, harga BBM paling murah 0,022 dolar AS per liter di Venezuela dan yang paling mahal sebesar 2,981 dolar AS per liter di Hongkong.
Sementara di Asia Tenggara jabarnya harga BBM paling murah 0,457 dolar AS per liter di Malaysia, lalu 1,077 dolar AS per liter di Vietnam.
“Barulah 1,163 dolar AS per liter di Indonesia,” jelasnya.
Dengan data tersebut pihaknya menilai bahwa klaim pemerintah yang menyebut harga BBM di Indonesia saat ini termurah di dunia maupun terjangkau adalah sesat.
Yang kedua dengan adanya kenaikan harga BBM justru akan membuka ruang bagi kenaikan inflasi yang berdampak negatif bagi perekonomian Nasional.
Yang ketiga pemerintah tidak melakukan politik subsidi BBM dengan strategis. Politik energi Nasional seharusnya bersinergi dengan politik luar negeri dan diplomasi ekonomi. Namun selama ini masih berjalan parsial dan memiliki banyak kelemahan.
Yang keempat pemerintah mengalihkan subsidi BBM ke Bantuan langsung Tunai (BLT) guna mengurangi dampak inflasi yang akan timbul. Fenomena ini menurut para mahasiswa justru akan menjadi ajang bancakan untuk dana politik bagi calon dari KIB (Koalisi Indonesia Bersatu).