Trenggalek, Kanaltujuh.com –
Sejumlah anggota DPRD dari Komisi II dan IV Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah melakukan Kunjungan Kerja Ke Kabupaten Trenggalek, Selasa (8/2/2022).
Kedatangan rombongan dari Jawa Tengah ini diterima langsung oleh Sekretaris DPRD Trenggalek Muhtarom dan langsung melakukan pembahasan di ruang aula gedung DPRD Trenggalek.
Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Sukoharjo H. Idris Sarjono menyampaikan kedatangannya ke DPRD Trenggalek dalam upaya mencari referensi tentang Pertanian, PAD, Pendidikan dan Sosial.
“Terutama yang terkait dengan komisi II dan IV,” kata Idris usai melakukan pembahasan.
Idris melanjutkan dari hasil pembahasan tersebut terdapat hal yang cukup menarik minat para wakil rakyat dari Sukoharjo yaitu adanya 100 desa wisata di Kabupaten Trenggalek.
“Nah ini perlu kita contoh, tapi kondisinya lain antara Kabupaten Trenggalek dan Sukoharjo. Kalau di Sukoharjo terus terang tidak ada wisatanya,” terangnya.
Berbicara tentang PAD, Idris menyampaikan bahwa selama masa Pandemi terjadi kenaikan PAD di Kabupaten Sukoharjo. Bahkan hingga saat ini PAD tersebut mencapai 350 miliar.
Idris kemudian menyampaikan jika PAD di Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan, namun untuk APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) mengalami penurunan.
“Dulu sebelum Covid, 2,3 trilyun, sedangkan kemarin turun menjadi 1,9 trilyun,” jelasnya.
Sementara Sekretaris DPRD Trenggalek Muhtarom mengatakan dalam pembahasan tersebut, para anggota DPRD Sukoharjo sempat mempertanyakan bagaimana cara mengatasi kelangkaan pupuk dan pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Trenggalek.
Selain itu, kata Muhtarom, mereka juga mempertanyakan bagaimana cara mengelola 100 desa wisata di Kabupaten Trenggalek.
Terkait dengan pupuk Muhtarom mengatakan ketika musim tanam di Kabupaten Trenggalek selalu saja dibarengi dengan kelangkaan pupuk.
Penyebabnya, kata Muhtarom, karena permintaan pupuk subsidi dari petani pada Pemerintah pusat tidak semuanya dipenuhi.
“Ya akhirnya terjadi kekurangan, akhirnya langka,” jelasnya.
Menurutnya kelangkaan pupuk itu tidak hanya terjadi di Trenggalek, hampir semua kabupaten kota mengalami hal yang sama.
Soal pengelolaan 100 desa wisata, Muhtarom kemudian memberikan contoh jika dalam satu desa wisata telah memiliki destinasi wisata semisal River Tubing, maka desa wisata selanjutnya tidak boleh sama.
“Jadi tidak boleh sama, harus yang lain untuk destinasi wisatanya,” pungkasnya.