Akibat Deforestasi ,Gelap Dua Pekan,Ketinggian Air 10 Meter, Bau Busuk Menyengat

Foto: Ribuan tumpukan kayu gelondongan di depan Ponpes Darul MUkhlisin, Tamiang Aceh/tangkapan layar MetroTV

kanaltujuh.com

Ketua yayasan Pondok Pesantran Darul Mukhlisin Subhan mengatakan tumpukan kayu yang ada di depan Ponpes berasal dari kayu gelondongan yang dibawa arus banjir akhir November kemarin.

“Kayu-kayu ini berasal dari pegunungan yang dibawa oleh banjir,” kata Subhan dikutip dari tayangan program kontroversi Metro TV, Jumat (12/12/2025).

Subhan mengatakan tumpukan kayu gelondongan tersebut hampir menutupi seluruh lahan di Ponpes  yang memiliki luasan 4 hektar dan diperkirakan memiliki kedalam hingga 5 meter.

Baca Juga:
Bencana Sumatera, Legal Loging Punya Saham Terbesar Kerusakan Alam di Indonesia

Subhan bercerita banjir yang melanda kawasan Ponpes terjadi usai sholat Mahgrib, saat itu ketinggian air mencapai 10 meter, hal itu dibuktikan bekas air yang menempel di lantai dua Asrama Ponpes Darul Mukhlisin.

Subhan mengaku banjir yang terjadi di wilayahnya belum pernah sebesar saat ini, banjir saat ini kata dia merupakan banjir yang terbesar dalam sejarah Aceh, Tamiang.

Adapun 200 santri yang ada di Ponpes tersebut telah diungsikan di rumah warga dan semuanya dalam keadaan selamat.

“Dan Alhamdulilah setelah surut, mereka semua diambil orang tuanya,” ucapnya.

Baca Juga:
Sambangi Pengungsi Tamiang Prabowo Minta Maaf

Subhan juga mengatakan bau busuk yang ada di tumpukan kayu gelondongan tersebut diperkirakan berasal dari bangka binatang ternak seperti ayam, kambing dan lembu, namun tidak menutup kemungkinan juga terdapat bangkai jasad manusia.

“Barangkali juga ada korban manusia didalam, kami juga tidak tahu, karena mungkin ini terlalu dalam sehingga kita memang untuk mendeteksi itu kan gak ada kemampuan untuk itu, baunya menyengat sekali,” ujarnya.

Subhan juga menyampaikan hingga dua pekan pasca bencana banjir belum ada listrik yang menyala di Tamiang, namun untuk bantuan berupa sembako, peralatan masak, tempat tidur dibantu oleh para donator.

Baca Juga:
Mantan Ketua DPRD Morowali Ungkap Keberadaan Bandara ILegal

“Sampai detik ini listrik belum ada, bisa saksikan bapak-bapak semuanya itu memang belum ada lampu, jadi belum ada yang menyala memang sudah gelap dari kemarin dan sekitar hampir dua minggu ini kami gelap,” terangnya.

Penulis: herman subagioEditor: herman subagio

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *