Trenggalek,kanaltujuh.com
Fraksi PKB Kabupaten Trenggalek menggelar tasyakuran atas penganugerahan Pahlawan Nasional kepada Syaikhona Muhammad Kholil, Abdurachaman Wahid dan Marsinah di Aula Gedung DPRD Trenggalek, Jumat (14/11/2025).
Ketua Fraksi PKB DPRD Kabupaten Trenggalek Sukarodin mengatakan tasyakuran hari ini adalah dengan menggelar doa bersama yang ditujukan utamanya pada tiga Tokoh Pahlawan Nasional tersebut dan 7 Pahlawan Nasional lainnya.
“Mengapa kita menyelenggarakan tasyakuran karena beliau-beliau itu memang pantas untuk kita teladani menjadi sumber inspirasi kita,” kata Sukarodin usai doa bersama dengan seluruh anggota Fraksi PKB, beberapa anggota DPRD, seluruh pegawai Sekwan dan beberapa awak media.
Sukarodin melanjutkan ketika Marsinah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional maka keberpihakan pada kaum Buruh harus ditingkatkan oleh Fraksi PKB, mengingat Marsinah merupakan tokoh Buruh yang tewas ketika memperjuangkan nasib Buruh di masa rezim Pemerintahan Orde Baru.
“Kita akan berpihak pada Buruh utamanya pada UMR macam-macam, kita perhatikan utamanya juga kaitannya dengan BPJS ketenagakerjaan,” jelasnya.
Sukarodin menegaskan setiap Buruh di Kabupaten Trenggalek harus mendapatkan jaminan keselamatan kerja dan untuk itu Fraksi PKB bertekad akan memperjuangkan nasib para Buruh.
Selain itu ketua Komisi IV ini juga menyampaikan tentang tokoh kharismatik Syaikhona Kholil dan Gus Dur. Ia mengatakan Syaikhona Kholil merupakan inspirator bagi beberapa ulama besar di Kabupaten Trenggalek.
Pada masa itu kata dia di abad ke-18 di Kabupaten Trenggalek terdapat istilah “Ngetan” yang diartikan sebagai menuntut ilmu atau mencari ilmu. Pencarian ilmu pada masa itu dimulai dari Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur Surabaya dan terakhir di Bangkalan Madura.
Syaikhona Kholik sebutnya juga merupakan guru dari KH, Hasyim Asy’ari yang merupakan pengasas Nahdlatul Ulama Organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Sementara Gus Dur yang merupakan cucu dari KH. Hasyim Asy’ari juga merupakan tokoh inspirator utamanya bagi kaum Marginal dan tokoh Pluralisme.
“Karena Gus Dur itu pendiri PKB ya tentu kita wajib hukumnya mendoakan beliau,” terangnya.
Meski Gus Dur atau yang memiliki nama lengkap K.H. Abdurachman Wahid telah wafat namun makam beliau di Jombang tak pernah sepi dari peziarah. Hal ini tentu menciptakan sumber ekonomi bagi warga sekitar untuk mengais rezeki.
’
