Kerap Bikin Gaduh dan Premanisme, Ratusan Arek Suroboyo Geruduk Kantor Ormas Madas

Foto:Ratusan Arek Suroboyo mendatangi kantor DPC ormas Madas di Jalan Marmoyo, Surabaya, sebagai bentuk penolakan terhadap dugaan praktik premanisme, Jumat, 26 Desember 2025. (Beritasatu.com/Ali Achmad)

Surabaya,kanaltujuh.com

Ratusan Arek Suroboyo mendatangi kantor DPC ormas Madas di Jalan Marmoyo, Surabaya, Jumat (26/12/2025). Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap dugaan praktik premanisme yang dinilai telah merusak citra Kota Pahlawan.

Dengan mengendarai sepeda motor, ratusan warga Surabaya tersebut menyuarakan penolakan terhadap ormas Madas yang dianggap kerap membuat kegaduhan. Massa menegaskan, Surabaya bukanlah kota preman dan tidak mentoleransi tindakan kekerasan maupun intimidasi terhadap warga.

Salah satu perwakilan Arek Suroboyo, Purnama, menyampaikan kedatangan mereka bertujuan memberikan pesan tegas kepada ormas Madas serta kepada pemerintah.

Baca Juga:
Anggota Dewan Ini Sepakat Bila Dana APBD Rp.400 M dan Gaji PNS Dihimpun BPR Jwalita Tapi ..?

“Kita meminta bubarkan ormas yang membuat gaduh. Usut tuntas kasus kekerasan yang tidak mencerminkan kemanusiaan dengan mengusir nenek berumur 80 tahun bernama Elina Widjajanti. Dan meminta pemerintah harus lebih selektif dalam memberikan izin terhadap ormas agar tidak menimbulkan sentimen buruk terhadap masyarakat. Terutama masyarakat lokal,” tegas Purnama dikutip dari beritasatu.com.

Seusai mendatangi kantor DPC Madas, ratusan Arek Suroboyo melanjutkan konvoi menuju kantor PAC Madas sebagai bentuk lanjutan aksi protes.

Aksi ini dipicu oleh kemarahan warga Surabaya terhadap ormas Madas yang dinilai berulang kali menimbulkan keresahan. Sebelumnya, ormas tersebut sempat melakukan aksi demonstrasi di depan Polda Jawa Timur dengan pernyataan yang dianggap provokatif, termasuk ancaman untuk melumpuhkan aktivitas Kota Surabaya.

Baca Juga:
Demi Pelestarian Budaya, Dewan Kebudayaan dan Adat Trenggalek Desak Pemkab Raih Dana Triliunan dari Kementrian Kebudayaan.

Puncak kemarahan warga terjadi setelah beredarnya informasi terkait dugaan pengusiran seorang nenek berusia 80 tahun bernama Elina Widjajanti dari rumah tinggalnya dengan cara yang dinilai tidak manusiawi. Peristiwa tersebut memicu solidaritas warga Surabaya untuk turun langsung menyuarakan penolakan terhadap segala bentuk premanisme.

Baca Juga:
Anggota Dewan Ini Sepakat Bila Dana APBD Rp.400 M dan Gaji PNS Dihimpun BPR Jwalita Tapi ..?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *