Gubernur NTT Viktor Laiskodat Meminta Kades di Malaka Untuk Tes Sperma, Tuai Kontroversi!

Gubernur NTT Viktor Laiskodat Meminta Kades di Malaka Untuk Tes Sperma, Tuai Kontroversi!
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat/Foto: Victory News

Kanatujuh.com –

Baru-baru ini, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat, atau dikenal dengan Viktor Laiskodat, mencuri perhatian publik dengan kebijakannya. Sebelumnya ia mengeluarkan kebijakan untuk memajukan jam masuk sekolah SMA menjadi pukul 05.00 WITA, dan saat ini ia meminta Kepala Desa (Kades) untuk menjalani tes sperma.

Iklan

“Untuk menjadi contoh terutama para Kepala Desa atau Kades di Malaka harus terlebih dahulu dilakukan tes spermanya,” ujar Viktor, dalam kunjungan kerjanya di Puskesmas Weoe, Desa Weoe, Kecamatan Wewiku, Kabupaten Malaka, pada 14 April 2023.

Beberapa pernyataan yang dilontarkan oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Laiskodat bisa disebut sebagai pernyataan yang menimbulkan kontroversi, berikut beberapa di antaranya:

  1. Meminta para Kades melakukan tes sperma sebagai uji coba

Viktor Laiskodat menyatakan bahwa permintaannya kepada Kades untuk melakukan tes sperma merupakan responsnya terhadap isu stunting yang menjadi perhatian nasional. Menurutnya, kualitas sperma pria sangat berpengaruh terhadap stunting, sehingga para pria harus menjaga kualitas sperma mereka agar kuat dan sehat.

“Karena tidak menjaganya dengan baik imbasnya pada keturunannya stunting,” katanya, saat kunjungan di Puskesmas Weoe, Desa Weoe, Kecamatan Wewiku, Kabupaten Malaka, pada Jumat 14 April 2023.

Menurut Viktor, salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sperma adalah dengan mengonsumsi daun kelor. Oleh karena itu, Gubernur NTT meminta para pria agar mengonsumsi daun kelor untuk menjaga kualitas sperma mereka agar kuat dan baik. Viktor juga meyakini bahwa jika para pria mengikuti anjuran ini, maka masalah stunting dapat diatasi dengan mudah.

“Kalau pria konsumsi kelor dengan rutin maka bisa dipastikan kualitas spermanya bagus dan kuat,” kata dia. “Kalau spermanya bagus yang jelas keturunannya bagus dan kalau hasil spermanya tidak bagus yang jelas keturunannya stunting,” ujarnya.

Pihaknya meminta para Kades di Malaka untuk menjadi bahan percontohan dengan dilakukan tes sperma terlebih dahulu. Setelah itu, mereka diminta mengonsumsi daun kelor atau marungga selama tiga bulan. Setelah tiga bulan, tes sperma dilakukan lagi untuk melihat perbedaannya.

Jadi para kepala desa ini harus dites spermanya, lalu beri makan Marungga (daun kelor) selama 3 bulan. Setelah itu kita tes lagi. Kalau tidak bagus, jangan mau lagi ya para istri. Karena nanti hasilkan anak yang stunting,” kata Gubernur Viktor Laiskodat, disambut tawa masyarakat yang hadir. “Ini bukan porno. Ini ilmu pengetahuan yang harus diketahui. Saya biasa omong terbuka saja,” katanya.

2. Jam masuk sekolah siswa SMA jadi pukul 05.00 pagi

Pada bulan Februari yang lalu, sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan Gubernur NTT Viktor Laiskodat memberikan instruksi kepada kepala sekolah agar siswa SMA masuk sekolah pada pukul 5 pagi waktu setempat. Instruksi tersebut disampaikannya dalam pertemuan dengan para kepala sekolah pada hari Kamis, tanggal 23 Februari.

Viktor mempunyai alasan mengapa aturan tersebut harus diterapkan yaitu untuk meningkatkan kedisiplinan dan etos kerja para siswa. Menurutnya, sebagian besar siswa SMA biasanya sudah tidur sekitar jam 22.00 malam sehingga mereka sudah cukup tidur untuk mulai sekolah pada pukul 05.00 pagi.

“Kita punya kekurangan-kekurangan, tidak bisa NTT itu dipersepsikan atau disamakan dengan Jakarta atau ada yang membawa Finlandia. NTT dengan kekurangan infrastruktur, suprastruktur, sumber daya, kecuali uang,” jelas dia.

Setelah munculnya kebijakan tersebut, terjadi banyak protes dari berbagai pihak. Akibatnya, Kepala Dinas Pendidikan NTT Linus Lusi mengambil tindakan dengan memundurkan jam masuk sekolah sebanyak setengah jam menjadi pukul 05.30 WITA. Linus mengumumkan hal tersebut pada saat rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPRD NTT pada Rabu, 1 Maret 2023.

“Jam masuk sekolah kami geser dari jam 05.00 WITA ke 5.30 WITA,” kata Linus.

3. Ingin mengubah pola pikir para aparatur

Pada bulan Desember tahun 2022, Viktor pernah menyatakan bahwa ia tidak berencana untuk mencalonkan diri sebagai calon Gubernur NTT dalam Pilkada serentak pada tahun 2024. Sebaliknya, ia lebih tertarik untuk mencoba peruntungannya dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Ia memiliki niat untuk mengubah cara berpikir para aparatur.

“Saya lebih memilih ke Jakarta untuk mengubah cara berpikir aparatur agar sistem pemilihan kepala daerah secara langsung seperti yang dilakukan selama ini bisa diubah sehingga kesejahteraan masyarakat menjadi lebih nyata,” kata Viktor dikutip dari Antara.

Viktor berpendapat bahwa jika gubernur atau bupati/wali kota terpilih tidak bekerja dengan maksimal setelah masuk ke dalam sistem pemerintahan, maka mereka harus diganti.

4. Viktor menyatakan bahwa peningkatan kasus kematian pekerja migran asal NTT disebabkan oleh praktik pengiriman yang ilegal

Pada bulan Desember 2019, Viktor Laiskodat mengungkapkan bahwa kematian pekerja migran Indonesia atau PMI yang berasal dari NTT di Malaysia meningkat tajam hingga mencapai 117 orang. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh pengiriman TKI secara ilegal. Viktor juga memperkirakan bahwa masih banyak lagi TKI yang akan meninggal akibat praktik ilegal ini.

“Ya pastilah, nanti akan banyak lagi TKI kita yang meninggal. Ini kan akibat dari kirim TKI secara ilegal pada masa lalu. Nah, jadi kalau dia meninggal di sana ya kita siap kubur saja, mau apa lagi?” katanya dikutip dari Antara.

Emmy Sahertian, seorang pendeta yang aktif terhadap isu human trafficking, menanggapi pernyataan tersebut. Dia berpendapat bahwa pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah NTT telah kehilangan harapan untuk menangani masalah meningkatnya kematian pekerja migran dan ilegal.

5. Minta aparat patahkan kaki mafia trafficking

Pada 2018, ketika baru menjabat sebagai Gubernur NTT, Viktor Laiskodat pernah mengeluarkan pernyataan yang menimbulkan kontroversi. Ia meminta aparat keamanan untuk menangkap pelaku perdagangan orang atau human trafficking dengan cara yang tegas dan efektif, bahkan menawarkan upah.

“Saya minta aparat keamanan untuk patahkan kaki para pelaku perdagangan orang, dan berikan ke Gubernur. Nanti Gubernur yang kasih uang,” kata Viktor Laiskodat saat pidato di Gedung DPRD NTT, Senin, 10 September 2018.

Viktor Laiskodat memberikan pernyataan terkait dengan masalah mafia trafficking di NTT, dimana perdagangan manusia menjadi modus baru perbudakan di wilayah tersebut. Dia mengusulkan adanya moratorium sebagai solusi, karena angka kematian Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang dikirim pulang dari luar negeri terus meningkat setiap tahunnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *