Kanaltujuh.com –
Debat kelima Pilpres 2024 akan diadakan malam ini, di mana Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran mengungkapkan strategi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka untuk mencapai Indonesia Emas 2024, terutama dalam pengembangan sumber daya manusia dan sistem pendidikan.
“Target mencapai SDM yang kuat menuju Indonesia emas 2045 adalah prioritas Prabowo Gibran dalam menyusun program kerja, terutama pendidikan. Jendela kesempatan kita untuk membangun SDM hanya 8-10 tahun maksimal,” kata Wakil Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko, dalam keterangannya, Minggu (04/01/2024).
Budiman menyoroti fokus Prabowo-Gibran pada pembentukan SDM menuju Indonesia Emas 2045, dengan penekanan pada solusi pra-sekolah, pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan tinggi.
“Pemberian bantuan vitamin dan gizi kepada Ibu Hamil menjadi pilihan. Kita harus memastikan anak-anak Indonesia, memiliki potensi tumbuh kembang yang baik, stunting bisa diminimalisir. Baik secara fisik dan nalar, (anak) harus tumbuh maksimal,” ucap Budiman.
“Selain itu kita juga harus membangun critical intelligence anak dari usia sebelum sekolah. Edugames harus dimulai dari usia PAUD. Anak-anak Indonesia harus dibiarkan bermain dan mulai mengembangkan nalar sebelum duduk di bangku pendidikan dasar,” lanjutnya.
Budiman merinci investasi di pra-sekolah, perbaikan skema pendidikan dasar-menengah, dan ide memerdekakan masyarakat dalam pendidikan tinggi melalui sistem kompetensi nasional (SKN).
“Indonesia perlu membuat standar kompetensi nasional sesuai dengan konsep kecerdasan inti atau core intelligence, yaitu kecerdasan memahami realita baik alam sekitar maupun sosial, kecerdasan berhitung, kecerdasan mengekspresikan ide baik lisan maupun tulisan dan kecerdasan penguasaan minimal dua bahasa. Ini akan mengurangi kebutuhan pelajaran wajib. Sehingga siswa bisa memiliki waktu luang untuk belajar hal lain di luar kecerdasan inti,” jelasnya.
“Selain itu negara harus turun tangan dalam memberikan anggaran Edupay, dimana Siswa dan guru harus mendapatkan subsidi membeli buku dan aplikasi yang terkurasi,” tambahnya.
“Kita membayangkan adanya sistem kompetensi nasional (SKN) di level lulus kuliah atau bekerja. Sehingga kita berharap adanya pemisahan antara proses belajar dengan proses ujian. Negara menyelenggarakan ujian untuk mata kuliah terstandarisasi,” paparnya.
“Jadi siapapun bisa mengambil standar kompetensi. Belajar di level kuliah atau vokasi bisa dimanapun. Kampus tradisional, kampus online, hybrid, kamus industri, dan lainnya bisa ikut ujian. Yang penting kita menjamin evaluasi penilaiannya, yakni menguji hal yang tepat dengan cara yang tepat,” pungkas Budiman Sudjatmiko.