Gempa Turki, Sang Ayah Pegang Tangan Anak Yang Tertimbun Reruntuhan

Gempa Turki, Sang Ayah Pegang Tangan Anak Yang Tertimbun Reruntuhan
Gempa Turki, Sang Ayah pegang tangan anaknya yang tewas di reruntuhan bangunan/Foto: Istimewa

Kanaltujuh.com –

Berbagai momen tragis yang dihadapi para korban gempa dahsyat Turki-Suriah pada awal pekan ini terus tersebar di media sosial.
Salah satu yang menyorot perhatian netizen adalah sebuah foto yang memperlihatkan pria paruh baya duduk di sekitar reruntuhan bangunan sambil memegang sebuah tangan jasad anak-anak yang tertimbun puing-puing di Kahramanmaras, Turki.

Pria itu diketahui merupakan Mesut Hancer, seorang ayah yang memegang tangan jasad putrinya berusia 15 tahun, Irmak, yang sudah tewas namun masih tertimbun reruntuhan bangunan.

Dikutip The Sydney Morning Herald, Irmak tewas seketika kala atap bangunan menimpa dirinya yang sedang terlelap di kasur kamarnya imbas gempa bermagnitudo 7,7 mengguncang selatan dan tenggara Turki pada Senin (06/02/2023). Gempa mematikan itu berlangsung dini hari sekitar pukul 04.00 ketika banyak warga sedang terlelap.

Mengenakan jaket oranye dan diselimuti debu reruntuhan, Hancer menolak pergi dari tempatnya saat tim SAR berupaya mengevakuasi jasad putrinya dari bawah puing-puing bangunan.

Irmak merupakan satu dari total 12 ribu lebih korban tewas gempa Turki-Suriah. Jumlah korban ini melampaui prediksi Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) yang memprediksi korban tewas bencana ini bisa mencapai 10 ribu jiwa.

Di lokasi gempa lainnya, Associated Press melihat seorang pria Suriah menggendong jasad anak kecil di tangannya dan berjalan menjauh dari puin-puing reruntuhan.

Banyak warga terutama keluarga korban gempa frustrasi hingga marah akibat menilai pihak berwenang tak gesit melakukan proses evakuasi dan penyelamatan sehingga korban jiwa terus bertambah

Tim dilaporkan tak hadir di lokasi dalam 12 jam pertama usai bencana. Mereka baru tiba pada Senin malam.

Menurut para penduduk, sesampainya di lokasi pun, tim hanya bekerja beberapa jam sebelum istirahat malam.

“Orang-orang memberontak [pada Selasa] pagi. Polisi harus turun tangan,” kata salah satu warga Turki, Celal Deniez, seperti dikutip AFP, Rabu (08/02/2023).

Deniez serta warga Turki lain berusaha mencari saudara dan kerabatnya yang terjebak di antara puing-puing.

Sementara itu, pihak berwenang memang mengaku kesulitan melakukan proses penyelamatan dan evakuasi ke lokasi gempa lantaran banyak akses terputus dan luasnya daerah yang terdampak. Di sisi lain, jumlah personel tim penyelamat masih terus di tambah.

Selain itu, cuaca dingin ekstrem hingga badai salju turut mempersulit proses penyelamatan. Dalam beberapa pekan terakhir, badai salju melanda beberapa wilayah di Turki, termasuk di area terdampak gempa.

Exit mobile version